gravatar

Pinjam Pakai Buku Perpustakaan

Semua orang tentu tahu beda perpustakaan dan gudang buku. Tapi dalam prakteknya, banyak perpustakaan yang lebih banyak berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi buku ketimbang sebuah sarana untuk membaca buku. Padahal, elemen utama sebuah perpustakaan adalah pembaca buku, bukan buku itu sendiri. Jadi, buat apa terus menerus menambah koleksi buku perpustakaan kalau pada akhirnya hanya semakin menguatkan kesan perpustakaan menjadi gudang buku?
Pinjam Pakai Buku Perpustakaan (PPBP) adalah tawaran program untuk meminimalisasi (bahkan menghapus) kemungkinan perpustakaan menjelma menjadi gudang buku. Maksud program ini adalah, menjadikan semua buku-buku yang menjadi koleksi perpustakaan bukan sebagai milik perpustakaan tersebut melainkan berstatus pinjam dari lembaga tertentu (bisa berupa perpustakaan juga). Karena berstatus pinjam, maka ada kewajiban untuk mengembalikan lagi pada pemiliknya manakala buku-buku tersebut tidak dibaca atau tidak diperlukan lagi. Dengan demikian, buku-buku yang kurang atau tidak diminati itu dapat dipinjamkan lagi ke perpustakaan lain yang kemungkinan lebih membutuhkan jenis bacaan tersebut.

Contohnya begini. Sebuah perpustakaan yang memiliki koleksi ratusan bahkan ribuan buku, tentu tidak semua diminati oleh pengunjungnya. Apalagi, kalau ternyata perpustakaan tersebut minim pengunjung, tidak punya anggota tetap, dan bahkan tidak dikelola dengan cara-cara proaktif. Padahal, bisa jadi perpustakaan tersebut sering mendapat bantuan buku dari banyak lembaga donor, dari instansi lain dan mendapatkan jatah langganan gratis banyak penerbitan. Jenis perpustakaan yang seperti ini memang lebih pantas disebut gudang buku.

Nah, daripada mubadzir, ada baiknya disisihkan sebagian koleksi buku dari perpustakaan tersebut (dalam satu paket) untuk dipinjamkan kepada perpustakaan lain yang masih minim buku. Peminjaman ini dapat dilakukan langsung dalam beberapa paket ke beberapa sasaran sekaligus. Misalnya saja dipinjamkan ke sejumlah perpustakaan sekolah, yang belakangan ini gencar mencari bantuan sumbangan buku gara-gara mengejar target standarisasi sekolah.

Dengan demikian buku-buku yang menjadi koleksi pemilik (perpustakaan) pertama dapat dimanfaatkan secara lebih luas oleh banyak penggemar buku, bukan hanya yang kebetulan mengunjungi perpustakaan awal tersebut. Lebih-lebih manakala satu perpustakaan memiliki koleksi beberapa eksemplar dari judul yang sama, dapat dilakukan penyebaran ke perpustakaan yang lain.

Mengapa dipinjamkan, dan bukan disumbangkan? Supaya pihak peminjam memiliki rasa tanggungjawab untuk memanfaatkan buku-buku tersebut dengan baik, untuk dipinjamkan lagi ke pengunjung atau anggotanya agar dibaca dengan baik. Sedangkan kalau disumbangkan, maka cenderung hanya menjadi koleksi belaka dan semata-mata untuk kebanggaan pengelola perpustakaan atau kepala sekolah misalnya.

Karena statusnya pinjaman, maka pihak pertama (pemilik buku) dapat memberikan batas waktu (misalnya 6 bulan atau satu tahun) untuk dilakukan evaluasi, dan masa peminjaman dapat diperpanjang kembali. Pada saat evaluasi itulah dapat diketahui, apakah selama masa peminjaman buku-buku tersebut memang diminati pengunjung perpustakaa? Buku apa saja yang paling disukai? Berapa banyak pembacanya dan sebagainya. Data soal ini dapat diketahui dari kartu peminjaman yang tentunya tersedia di masing-masing buku.

Dari data itu, dapat dilakukan penyempurnaan, berupa penarikan buku-buku yang ternyata tidak diminati sama sekali, dan diganti dengan buku-buku lain dengan status pinjam juga. Setelah dilakukan evaluasi di beberapa peminjam, dapat pula dilakukan rotasi peminjaman dari peminjam yang satu untuk dipinjamkan kembali ke peminjam yang lain.

Sementara itu, pihak perpustakaan yang pertama, tetap mendata buku-buku apa saja yang dipinjamkan ke perpustakaan lain dalam program PPBP ini. Data peminjaman ini dibuat terbuka, dapat diakses secara mudah oleh pengunjung, dengan maksud kalau ada yang membutuhkan maka pengunjung dapat mencarinya ke perpustakaan yang menjadi peminjam dari program ini. Dengan kata lain, perpustakaan pertama hanya mengkoleksi katalognya, sedangkan bukunya ada di perpustakaan lain.

PPBP juga bermanfaat untuk pemerataan jumlah dan jenis koleksi buku pada banyak perpustakaan, sehingga tidak terjadi ketimpangan. Jangan sampai satu lembaga memiliki koleksi buku ribuan judul (namun nyaris tanpa pengunjung) sementara ada sejumlah perpustakaan (terutama milik sekolah) yang minim koleksi buku namun banyak punya pembaca.

Mengenai pihak peminjam dan yang meminjamkan ini memang tidak selalu berada dalam posisi yang tetap. Artinya, perpustakaan A dapat meminjamkan satu paket bukunya kepada perpustakaan B, namun dalam saat yang sama B juga dapat meminjamkan paket yang lain kepada C, kemudian C kepada D untuk paket yang lain lagi, bahkan B kepada D, atau D kepada A dan saling silang menyilang.

Nah, ketika sudah terjalin kerjasama yang erat dalam jaringan pinjam meminjam ini, dapat dilakukan patungan untuk secara bersama-sama membeli 1 (satu) paket buku untuk dipinjamkan secara bergilir kepada perpustakaan anggota jaringan. Sengaja membeli secara patungan, supaya ada rasa sama-sama memiliki, sama-sama punya hak meminjam, sama-sama mengevaluasi perpustakaan mana yang paling banyak peminatnya, dan sebagainya. Lagi pula, sengaja dipinjamkan, dan bukan dimiliki sendiri, supaya buku menjadi “hidup” karena sering dibaca, dan bukan mati kesepian di gudang buku.

Program PPBP ini dapat dilakukan oleh perpustakaan yang memiliki buku berlebih, oleh lembaga tertentu (tanpa harus memiliki perpustakaan), lembaga donor, ataupun pribadi-pribadi penggemar buku dan pecinta perpustakaan. Dengan cara ini maka siapapun yang menyumbang buku untuk koleksi perpustakaan bakal mendapatkan manfaat berlipat. Pertama, dia sudah berbuat amal baik berupa memberikan sumbangan buku. Kedua, dia tahu bahwa buku itu tidak hilang, tetap dirawat dan terus diupayakan “mendatangi” pembacanya. Ketiga, dia sudah melakukan semacam dakwah karena dengan cara seperti ini berarti semakin mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Sebab, di setiap buku ada tulisan: “Buku ini milik si A yang diikutkan dalam program Pinjam Pakai Buku Perpustakaan (PPBP).” Bukankah promosi seperti itu juga sama dengan ibadah?

Soal buku yang mendatangi pembaca, itulah yang agaknya sekarang perlu dipikirkan. Sebab selama ini banyak pihak yang cenderung menyalahkan minat baca masyarakat ketika perpustakaan jarang dikunjungi. Memang sudah ada cara mengatasinya, yaitu membuat program perpustakaan keliling. Nah, program PPBP ini setidaknya merupakan alternatif lain yang perlu dicoba.
(henri nurcahyo, penggemar buku, tinggal di Sidoarjo)

gmana caranya supaya bisa dapat pinjam untuk keperluan sekolh kami?

Support

Direktur: Haryanti trini

Koord Program: Wahyu Kurniawan

Dev. Financial: Abu Hasan

Dev. IT:

:: Tulisan Paling Terpopuler ::

Agenda dan Kegiatan Rutin YPPI

Stop Over

  • Pemutaran Film
  • Diskusi
  • Ketrampilan Taman Belajar Masyarakat
  • Bakti Sosial
  • Penguatan Kelembagaan
  • Soft Skill
  • Pengembangan unit usaha (Fundrising)

Employee Library

  • Bedah Buku
  • Diskusi Rutin
  • Reward Peminjam terbanyak

Rumah Kreatif

  • Mendongeng
  • Ketrampilan untuk Perempuan
  • Bedah Buku Sudut Baca
  • Berbagai Lomba penulisan
  • Pemutaran film