
Lokakarya Gerakan Surabaya Membaca 2009-2014
“Jika gaya mengajar pemberi informasi sama dengan gaya belajar penerima informasi, maka tidak ada pelajaran yang sulit dan menjenuhkan”.
Demikian diungkapkan Munif Chatib, konsultan pendidikan dari Organization for Economic Cooperation and Development, dalam Lokakarya Perencanaan atau Planning Workshop Gerakan Surabaya Membaca Tahun 2009-2014, di Rumah Makan Taman Sari, Selasa (26 /5). Lebih lanjut Munif mengatakan bahwa membaca hakekatnya adalah kegiatan memasukkan informasi ke dalam otak. Apabila cara memasukkan informasi dengan membaca, sesuai dengan gaya belajar pembaca, maka membaca akan menjadi menarik dan disukai.
Selain dari pakar pendidikan, Dinas Pendidikan Tingkat II Surabaya, diwakili oleh Eko prasetyoningsih mengungkapkan strategi pola pengembangan budaya baca disekolah. Pertama, perpustakaan yang ramah anak. Kedua, gerakan 5 menit membaca sesudah istirahat. Ketiga, jemput baca untuk anak tingkat rendah. Keempat, memberi hadiah Pin anak yang paling banyak membaca dan pinjam buku. Kelima, memberi pin untuk anak yang mengumpulkan resensi buku bacaan. Keenam, lomba membaca indah, cepat,berantai dalam kelompok. Ketujuh, mengajak anak ke perpustakaan umum atau perpustakaan lain sekolah. Kedelapan, meningkatkan kesejahteraan para guru pembimbing dan petugas perpustakaan. Kesembilan, melibatkan orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, LSM dalam pengadaan pengembangan perpustakaan.
Untuk mengembangkan minat baca siswa sekolah, perpustakaan sekolah merupakan salah satu solusinya. Eko Prasetyoningsih mengatakan bahwa dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, sekolah mengalokasikan paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional atau belanja barang diluar belanja pegawai dan belanja modal untuk mengembangkan perpustakaan. Meskipun telah diatur oleh UU, kenyataannya belum semua sekolah memilikinya.
Hadir sebagai narasumber yang menyoroti peran Pemerintah Kota dalam meningkatkan minat baca adalah Ahmad Jabir, anggota DPRD Kota Surabaya. Pemerintah Kota masih belum bisa memenuhi program pengembangan perpustakaan. Ini terlihat dari Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dari Walikota Surabaya Tahun 2008 dimana disebutkan tentang Pengembangan Perpustakaan di 5 wilayah Kota Surabaya melalui kegiatan Pengembangan Layanan Perpustakaan 1 UPTD, dan Penyusunan Raperda Perpustakaan, 1 raperda. Namun sampai saat ini belum terealisasi, lanjut Jabir.
Acara Lokakarya diikuti oleh banyak elemen. Pesertanya terdiri dari perwakilan sekolah dasar, pengusaha, bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), LSM, Instansi pemerintah kota seperti Dinas pendidikan Kota, PD Pasar Surabaya. Bertindak selaku moderator Daniel M. Rasyied, mantan Ketua Dewan Pendidikan. Dari acara ini diperoleh masukan kegiatan-kegiatan yang nantinya akan diimplementasikan dalam pelaksanaan Gerakan Surabaya Membaca 2009-2014.
Posting Komentar