Memajukan Bangsa Melalui Perpustakaan
Ketertinggalan bangsa Indonesia dalam percaturan dunia, salah satunya disebabkan oleh rendahnya HDI (Human development Indeks) dibandingkan negara-segara berkembang lainnya. HDI juga sangat terkait dengan kemampuan literasi masyarakat. Meski saat ini angka buta aksara Indonesai sudah jauh menurun dibandingkan dengan tahun-tahun lalu, namun perubahan mindset masyarakat akan pentingnya membaca masih rendah.
Dalam rapat kordinasi nasional Bidang Perpustakaan yang diselenggarakan tanggal 16-18 Februari 2009 di Hotel Mercure Surabaya, berbagai persoalan mulai dari upaya pemasyarakatan budaya baca, ketersediaan perpustakaan, hingga pengembangan perpustakaan menjuu e-library diperbincangkan. Nara sumber ahli baik dari perpustakaan Nasional RI, Departemen Pendidikan Nasional, Bappenas, hingga LSM memaparkan berbagai fenomena budaya baca dan literasi masyarakat Indonesia untuk mencari jalan keluar yang akan menjadi acuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Acara ini dibuka oleh Wakil gubernur terpili Saifulloh Yusuf. Dalam pembukaan juga diserahkan secara simbolis bantuan 6 unit mobil perpustakaan keliling kepada 6 kabupaten-kota. Bantuan mobil ini dimaksudkan untuk memeratakan ketersediaan koleksi di wilayah-wilayah yang jauh dari akses perpustakaan umum. Analisa tentang rendahnya minat baca masyarakat yang sering diungkap oleh pakar maupun hasil penelitian akan mengalami pergeseran jika akses masyarakat terhadap buku menjadi lebih mudah. Upaya pencerdasan masyarakat melalui jalur perpustakaan harus didukung oleh seluruh komponen bangsa seperti Dikanas, DPR RI, DPRD, Pemerintah terkait, LSM maupun pihak swasta.
Perpustakaan sebagai pusat pembelajaran (community Learning Center) harus berbenah diri menjadi sebuah lembaga yang benar-benar diminati oleh masyarakat. Bagaimana menyeediakan fasilitas pendukung, desain interior yang menarik, petugas yang ramah, kreatif dan menyenangkan menjadi harapan masyarakat. Pengembangan berbagai program kegiatan pembelajaran yang menyertai kegiatan membaca akan menjadi entri point yang dalam jangka panjang dapat merubah mindset masyarakat.
Untuk mewujudkan perpustakaan yang menjadi learning centre, pengelola, pustakawan maupun pengambil kebijakan perlu melakukan jejaring dengan berbagai pihak seperti penerbit maupun perusahaan yang memiliki perhatian dalam mendukung pengembangan perpustakaan. Percepatan peningkatan budaya baca dapat dilakukan secara massif oleh semua pihak, tidak hanya pemerintah, sehingga pencerdasan masyarakatpun dapat dicapai secara massif pula.
Posting Komentar